Weekly Perspective - W3 September 2018

Meredanya Tekanan Rupiah Berdampak Positif pada Pasar Domestik

  • Dari sisi global pelaku pasar tetap harus memperhatikan krisis ekonomi yang terjadi di Argentina, Afrika Selatan, Turki dan Venezuela terutama melihat bagaimana cara mereka dalam menjaga pergerakan nilai mata uangnya terhadap USD kedepannya serta kemampuan untuk mengembalikan pertumbuhan GDP agar kembali positif. Selain itu isu lainnya yang berpotensi memberi sentimen negatif pada market adalah rencana Amerika Serikat untuk kembali menerapkan tarif terhadap barang China sebesar USD 200 milyar pada akhir September 2018 setelah pada bulan Juni 2018 menerapkan tarif sebesar USD 34 milyar yang berlanjut pada Juli 2018 sebesar USD 16 milyar.
  • Meredanya tekanan terhadap mata uang Rupiah selama sepekan terakhir memberikan sentiment positif pada pasar saham maupun pasar obligasi. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) periode 7 – 14 September 2018 mengalami kenaikan +1.36% ditutup di level 5,931.28 diikuti oleh net buy investor asing selama week to date sebesar Rp 748 milyar. Kenaikan IHSG juga diikuti oleh seluruh sektor dimana sektor infrastructure mencatatkan kenaikan +3.55% diikuti oleh mining +2.60% serta agriculture dan consumer goods yang naik +2.13%.
  • Kenaikan yang terjadi pada pasar saham domestik juga diikuti oleh pasar obligasi dimana harga Surat Utang Negara (SUN) yang mengacu pada Bloomberg Indonesia Local Sovereign Index mengalami kenaikan +0.21% selama seminggu terakhir (07 – 14 September 2018) sejalan dengan pergerakan yield SUN tenor 10 tahun yang mengalami penurunan dari 8.52% menjadi 8.45%. Walaupun pasar obligasi mencatatkan kenaikan, namun investor asing masih membukukan net sell selama month to date berdasarkan laporan DJPPR sebesar Rp 22 triliun dari posisi Rp 855 triliun di akhir Agustus 2018 menjadi Rp 833 triliun per tanggal 14 September 2018. Pergerakan nilai Rupiah selama seminggu terakhir bergerak di level 14,850 - 14,880/ USD.
  • Data Trade Balance di bulan Agustus 2018 kembali mencatatkan defisit USD -1.0 milyar, melanjutkan defisit yang terjadi di bulan Juli 2018 sebesar USD -2.03 milyar. Defisitnya neraca perdagangan didorong oleh kenaikan impor sebesar 24,65% (Juli 18: 31.56%), sedangkan ekspor hanya mencatakan kenaikan 4.15% (Juli 18: 19.33%). Pelaku pasar menantikan efektifitas dari langkah yang dilakukan Pemerintah seperti membatasi impor beberapa jenis barang dengan menaikkan tarif bea masuk dari sebelumnya 2.5% menjadi 7.5% dan 10% akan berkontribusi terhadap positifnya neraca perdagangan dan membaiknya current account deficit pada 3H dan 4H 2018.
  • Reksa Dana Sahamdalambeberapaminggukedepanakanmengambilposisilebihagresifjikaterbukapeluanguntukperbaikan pasar.  Kami melihatsaham-saham blue chip sudahrelatifmurah dan memilikipotensiuntukmenguat. Kami juga menilai pasar sepertinyasudahmulaimemperkirakankenaikansukubunga fed, namunadasebagianpelaku pasar masihmenunggu  arahsukubungalebihlanjut. Reksa Dana Obligasi masih akandalamdurasi yang samayakni di level 3.50 – 4.00, dan pergerakannyamasihakandipengaruhiarahpergerakannilaitukar Rupiah.



DISCLAIMER INVESTASI MELALUI REKSA DANA MENGANDUNG RESIKO. CALON PEMODAL WAJIB MEMBACA DAN MEMAHAMI PROSPEKTUS SEBELUM MEMUTUSKAN UNTUK BERINVESTASI MELALUI REKSA DANA. KINERJA MASA LALU TIDAK MENCERMINKAN KINERJA MASA DEPAN.

PT Majoris Asset Management (“Majoris”) telah memperoleh izin usaha sebagai Manajer Investasi dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan dalam melakukan kegiatannya diawasi oleh OJK. Dokumen ini dibuat oleh Majoris hanya sebagai informasi singkat dan disesuaikan dengan ketentuan Peraturan yang berlaku. Segala perhatian telah diberikan secara seksama untuk menyakinkan bahwa informasi yang disajikan dalam dokumen ini tidak menyesatkan. Namun demikian, Calon Pemodal tidak disarankan untuk hanya mengandalkan keterangan dalam dokumen ini. Kerugian yang mungkin timbul karenanya tidak akan ditanggung.


Download PDF



Back to list