Weekly Perspective - W3 April 2019

Uni Eropa setuju memberikan penundaan Brexit hingga 31 Oktober 2019

  • Sejumlah pemimpin negara Uni Eropa (UE) setuju untuk mengabulkan permintaan Inggris terkait dengan deadline proses Brexit (keluarnya Inggris dari Uni Eropa) dari yang direncanakan semula 12 April 2019 mundur hingga 31 Oktober 2019. Mereka memberikan kesempatan kepada Pemerintah Inggris untuk berunding kembali dengan Parlemen apakah akan keluar dari UE tanpa syarat / dengan beberapa syarat atau malah tidak jadi keluar sama sekali. Sementara itu Parlemen Inggris membuka opsi untuk kembali mengadakan referendum ulang terkait Brexit dalam enam bulan kedepan, namun Perdana Menteri Inggris Theresa May menolak opsi yang diajukan oleh Parlemen tersebut dan tetap dengan keputusannya untuk keluar dari UE dengan berbagai macam kesepakatan agar tidak merusak perekonomian Inggris kedepannya.
  • Pertumbuhan ekonomi Tiongkok di Q1 2019 diprediksi melambat sekitar 6.30% dibandingkan periode sebelumnya sebesar 6.40%. Perlambatan ekonomi Tiongkok terjadi karena perang dagang dengan Amerika sepanjang tahun 2018 yang berpengaruh pada aktifitas manufaktur yang mengalami penurunan selama enam bulan terakhir. 

Neraca Perdagangan di bulan Maret 2019 surplus USD 540 Juta

  • Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan bahwa neraca perdagangan bulan Maret 2019 mengalami surplus USD 540 juta (Konsensus: USD -180 Juta) melanjutkan surplus yang terjadi pada bulan Februari 2019 sebesar USD 330 juta. Nilai ekspor Indonesia di bulan Maret 2019 sebesar USD 14.03 milyar mengalami Peningkatan 11.20% dari bulan sebelumnya, sedangkan untuk nilai impor sebesar USD 13.49 milyar mengalami kenaikan 10.02% dari bulan sebelumnya. Secara kumulatif periode Januari – Maret 2019 total defisit perdagangan sebesar USD -190 juta. Surplusnya nilai neraca perdagangan Maret 2019 dipicu oleh surplus non migas sebesar USD 990 juta, sedangkan untuk sektor migas defisit USD -450 juta.

Pelaku Pasar Wait and See terhadap hasil Pemilihan Presiden 2019

  • Selama sepekan terakhir periode (08 – 12 April 2019) Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami penurunan sebesar -1.05% ditutup di level 6,405.86 dimana para pelaku pasar baik investor asing maupun domestik masih wait and see terhadap pemilihan umum 2019 yang berlangsung tanggal 17 April 2019. Meskipun IHSG mengalami penurunan, namun investor asing masih membukukan net buy selama week to date sebesar Rp 1.30 triliun sehingga secara year to date investor asing membukukan net buy sebesar Rp 12.80 triliun. Seluruh sektor mengalami penurunan dimana yang mengalami penurunan terbesar diantaranya Basic Industry -2.56%, diikuti oleh Infrastructure -2.41%, Agriculture -2.32% dan Miscellaneous Industry -1.93%.
  • Sedangkan untuk pasar obligasi domestik harga Surat Utang Negara (SUN) yang mengacu pada Bloomberg Indonesia Local Sovereign Bond Index (BINDO) juga mengalami penurunan sebesar -0.50% didorong oleh ketidakpastian isu Brexit, pelemahan nilai tukar Rupiah serta wait and see terhadap hasil pemilihan umum (Pemilihan Presiden) yang berlangsung tanggal 17 April 2019. Penurunan obligasi sejalan dengan pergerakan yield SUN 10 tahun yang mengalami kenaikan dari level yield 7.57% menjadi 7.68%. Kami melihat pergerakan pasar obligasi di bulan April 2019 masih akan positif didorong oleh besarnya total bid baik pada lelang SUN maupun SBSN, stabilnya data makroekonomi serta capital inflow dari investor asing yang berdasarkan data dari Direktorat Jendral Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) per tanggal 11 April 2019 membukukan net buy secara month to date sebesarRp 4.00 triliun dan year to date sebesar Rp 74.20 triliun di pasar obligasi domestik dari posisi akhir Desember 2018 sebesar Rp 893.20 triliun menjadi 967.40 triliun.
  • Portfolio Reksa Dana Saham telah melakukan profit taking di level IHSG saat ini dan kembali melakukan akumulasi pembelian pada saham-saham khususnya blue-chip dan mid-cap yang mengalami koreksi dengan beberapa sektor pilihan diantaranya Finance (Banking), Consumer, Miscellaneous Industry dan Mining. Reksa Dana Obligasi telah melakukan profit taking dan kembali melakukan akumulasi SUN benchmark seri panjang tenor 15 dan 20 tahun secara bertahap serta durasi portfolio ditingkatkan dan dijaga pada level 7.00 – 7.50. Alokasi Obligasi Korporasi tenor pendek (3-5 tahun) dengan kupon tinggi dijaga untuk menahan volatilitas market dan memaksimalkan Return Reksa Dana.




DISCLAIMER INVESTASI MELALUI REKSA DANA MENGANDUNG RESIKO. CALON PEMODAL WAJIB MEMBACA DAN MEMAHAMI PROSPEKTUS SEBELUM MEMUTUSKAN UNTUK BERINVESTASI MELALUI REKSA DANA. KINERJA MASA LALU TIDAK MENCERMINKAN KINERJA MASA DEPAN.

PT Majoris Asset Management (“Majoris”) telah memperoleh izin usaha sebagai Manajer Investasi dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan dalam melakukan kegiatannya diawasi oleh OJK. Dokumen ini dibuat oleh Majoris hanya sebagai informasi singkat dan disesuaikan dengan ketentuan Peraturan yang berlaku. Segala perhatian telah diberikan secara seksama untuk menyakinkan bahwa informasi yang disajikan dalam dokumen ini tidak menyesatkan. Namun demikian, Calon Pemodal tidak disarankan untuk hanya mengandalkan keterangan dalam dokumen ini. Kerugian yang mungkin timbul karenanya tidak akan ditanggung.


Download PDF



Back to list