Weekly Perspective - W1 April 2019

Parlemen Inggris Kembali Menolak Proposal Brexit untuk Ketiga Kalinya

  • Parlemen Inggris untuk ketiga kalinya kembali menolak usulan skema terkait Brexit (Inggris keluar dari Uni eropa) yang diajukan oleh Perdana Menteri Theresa May menjelang berakhirnya proses Brexit tanggal 12 April 2019. Dalam pemungutan suara yang berlangsung tanggal 29 Maret 2019 usulannya hanya didukung oleh 286 anggota Parlemen dan ditolak oleh 344 anggota Parlemen. Dengan ditolaknya usulan skema Brexit yang diajukan oleh Theresa May, maka besar kemungkinan Inggris akan keluar dari Uni Eropa tanpa kesepakatan apapun dimana ekspektasi pelaku pasar apabila ini terjadi akan menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Inggris di kisaran 0.50 – 1.00% serta akan membuat nilai mata uang poundsterling melemah dibandingkan mata uang lain dan memberikan ketidakpastian bagi dunia usaha terutama perusahaan-perusahaan yang berasal dari Uni Eropa apakah akan tetap mempertahankan Homebase di London atau akan meninggalkan Inggris. Pada tanggal 10 April 2019 (H-2) menjelang berakhirnya proses Brexit, May akan mengadakan pertemuan dengan Presiden Komisi Eropa Donald Tusk untuk membahas langkah selanjutnya yang akan menguntungkan kedua belah pihak.

  • Data China Manufacturing Index (PMI) di bulan Maret 2019 mengakhiri tren perlambatan yang terjadi selama empat bulan berturut-turut dimana di bulan Maret PMI tumbuh sebesar 50.20 setelah sebelumnya sempat menyentuh 49.20 (PMI>50 artinya aktifitas manufaktur mengalami Peningkatan). Pertumbuhan PMI China mengalami Peningkatan didorong oleh meningkatnya aktifitas pabrik terutama yang berhubungan dengan batu bara dan industri baja. Hal ini dapat menjadi angin segar bagi perekonomian China setelah di minggu kedua Maret 2019 mengumumkan proyeksi pertumbuhan ekonomi akan mengalami penurunan dari 6.60% menjadi 6.10% di tahun 2019. 

Pertumbuhan Inflasi bulan Maret 2019 Tetap Terkendali 

  • Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan tingkat inflasi di bulan Maret 2019 sebesar 0.11% dan secara Year on Year sebesar 2.48% masih tetap terkendali sesuai dengan ekspektasi yang dikemukakan oleh Pemerintah yang akan menjaga level inflasi di level 2.50 – 3.00% di tahun 2019. Kontribusi terbesar untuk inflasi bulan Maret berasal dari harga tiket pesawat yang mengalami kenaikan di beberapa wilayah serta harga bawang merah yang juga mengalami Peningkatan, sedangkan untuk harga bahan pangan lainnya relatif stabil. 

Pelemahan Rupiah Memberikan Sentimen Negatif pada IHSG dan Yield SUN

  • Selama sepekan terakhir periode (25 – 29 Maret 2019) Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami penurunan sebesar -0.87% ditutup di level 6,468.75 dampak dari melemahnya nilai tukar Rupiah setelah mengalami kenaikan selama dua minggu berturut-turut. Meskipun IHSG mengalami penurunan, investor asing membukukan net buy selama week to date sebesar Rp 900 milyar sehinggga secara year to date investor asing masih membukukan net buy sebesar Rp 10.40 triliun. Hampir seluruh sektor mengalami penurunan dimana hanya tiga sektor yang tetap mengalami kenaikan yaitu Finance +0.51%, diikuti oleh Infrastructure +0.44% dan Miscellaneous Industry +0.35%. Sedangkan sektor yang mengalami penurunan terbesar terdiri dari Basic Industry -4.21%, Manufacturing -2.48%, Consumer Goods – 2.37% dan Mining -2.02%. 

  • Sedangkan untuk pasar obligasi domestik harga Surat Utang Negara (SUN) yang mengacu pada Bloomberg Indonesia Local Sovereign Bond Index (BINDO) juga mengalami penurunan sebesar -0.10% didorong oleh revisi pertumbuhan ekonomi zona eropa yang dibawah ekspektasi serta ketidakpastian dari isu Brexit menjelang batas akhir referendum di bulan April 2019. Hal ini sejalan dengan pergerakan yield SUN 10 tahun yang mengalami kenaikan dari level yield 7.57% menjadi 7.67%. Kami melihat pergerakan pasar obligasi di bulan April 2019 masih akan positif didorong oleh besarnya total bid baik pada lelang SUN maupun SBSN serta capital inflow dari investor asing yang berdasarkan data dari Direktorat Jendral Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) per tanggal 28 Maret 2019 investor asing membukukan net buy secara month to date sebesarRp 19 triliun dan year to date sebesar Rp 68.00 triliun di pasar obligasi domestik dari posisi akhir Desember 2018 sebesar Rp 893.20 triliun menjadi 961.20 triliun.

  • Portfolio Reksa Dana Saham telah melakukan profit taking di level IHSG saat ini dan akan kembali melakukan akumulasi pembelian pada saham-saham khususnya blue-chip dan mid-cap yang mengalami koreksi dengan beberapa sektor pilihan diantaranya Finance (Banking), Consumer, Infrastructure dan Mining. Reksa Dana Obligasimelakukan akumulasi SUN benchmark seri panjang tenor 15 dan 20 tahun secara bertahap serta durasi portfolio ditingkatkan dan dijaga pada level 7.00 – 7.50. Alokasi Obligasi Korporasi tenor pendek (3-5 tahun) dengan kupon tinggi dijaga untuk menahan volatilitas market dan memaksimalkan Return Reksa Dana.




DISCLAIMER INVESTASI MELALUI REKSA DANA MENGANDUNG RESIKO. CALON PEMODAL WAJIB MEMBACA DAN MEMAHAMI PROSPEKTUS SEBELUM MEMUTUSKAN UNTUK BERINVESTASI MELALUI REKSA DANA. KINERJA MASA LALU TIDAK MENCERMINKAN KINERJA MASA DEPAN.

PT Majoris Asset Management (“Majoris”) telah memperoleh izin usaha sebagai Manajer Investasi dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan dalam melakukan kegiatannya diawasi oleh OJK. Dokumen ini dibuat oleh Majoris hanya sebagai informasi singkat dan disesuaikan dengan ketentuan Peraturan yang berlaku. Segala perhatian telah diberikan secara seksama untuk menyakinkan bahwa informasi yang disajikan dalam dokumen ini tidak menyesatkan. Namun demikian, Calon Pemodal tidak disarankan untuk hanya mengandalkan keterangan dalam dokumen ini. Kerugian yang mungkin timbul karenanya tidak akan ditanggung.


Download PDF



Back to list